Mekkah, 18/10 (ANTARA) - Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU)
Kementerian Agama Anggito Abimanyu mengatakan jemaah haji yang
pondokannya tidak memiliki dapur di Mekkah akan diberi kompensasi makan
dua kali sehari karena seharusnya jemaah haji dapat memasak di Mekkah.
"Di Medinah memang jemaah haji diberi jatah makan dan tidak boleh memasak. Tapi di Mekkah boleh," kata Anggito, di Mekkah, Kamis, sekaligus menjelaskan empat hal yang menjadi perhatiannya pada musim haji tahun ini, masing-masing Nakobah (transportasi), katering, pelayanan tambahan dari pemerintah daerah dan kejahatan.
Terkait dengan banyaknya kehilangan dan pencurian yang dialami jemaah Indonesia, ia menyatakan, solusi terbaik adalah memanfaatkan pelayanan bank.
Masalahnya, pihak bank seperti BRI, BNI dan Bank Mandiri belum siap memberi peran agar para jemaah tidak perlu lagi membawa uang 'cash' tapi cukup dengan kartu misalnya dalam bertransaksi.
Seharusnya para jemaah haji tidak lagi membawa uang tunai, tapi semuanya bisa dilakukan dengan transaksi lewat bank, katanya. Dengan pemanfaatan peran perbankan secara lebih besar, maka diharapkan kejahatan terkait uang tunai berkurang, tambahnya.
Mengenai transportasi, lanjutnya, bus yang membawa jemaah dari Medinah tergolong kecil dan tas para jemaah biasanya 'membengkak' (jemaah belanja) di Medinah. Ada bus yang lebih baik dan lebih nyaman, tapi sewanya lebih mahal, sehingga akan dicari solusi terbaiknya di masa-masa mendatang.
Berkenaan dengan adanya subsidi pemerintah daerah terhadap para jemaahnya di Tanah Suci, kata Anggito, akan dikoordinasikan dengan membentuk satu layanan terpadu bidang transportasi dan juga terkait katering dari subsidi pemerintah daerah asal jemaah.
Tahun ini kuota haji Indonesia masing-masing 194.000 jemaah reguler dan 17.000 jemaah khusus. Sampai Kamis pagi 90 persen jemaah Indonesia telah berada di Mekkah. Tanggal 20 Oktober 2012 merupakan hari terakhir kedatangan jemaah ke Arab Saudi.
"Di Medinah memang jemaah haji diberi jatah makan dan tidak boleh memasak. Tapi di Mekkah boleh," kata Anggito, di Mekkah, Kamis, sekaligus menjelaskan empat hal yang menjadi perhatiannya pada musim haji tahun ini, masing-masing Nakobah (transportasi), katering, pelayanan tambahan dari pemerintah daerah dan kejahatan.
Terkait dengan banyaknya kehilangan dan pencurian yang dialami jemaah Indonesia, ia menyatakan, solusi terbaik adalah memanfaatkan pelayanan bank.
Masalahnya, pihak bank seperti BRI, BNI dan Bank Mandiri belum siap memberi peran agar para jemaah tidak perlu lagi membawa uang 'cash' tapi cukup dengan kartu misalnya dalam bertransaksi.
Seharusnya para jemaah haji tidak lagi membawa uang tunai, tapi semuanya bisa dilakukan dengan transaksi lewat bank, katanya. Dengan pemanfaatan peran perbankan secara lebih besar, maka diharapkan kejahatan terkait uang tunai berkurang, tambahnya.
Mengenai transportasi, lanjutnya, bus yang membawa jemaah dari Medinah tergolong kecil dan tas para jemaah biasanya 'membengkak' (jemaah belanja) di Medinah. Ada bus yang lebih baik dan lebih nyaman, tapi sewanya lebih mahal, sehingga akan dicari solusi terbaiknya di masa-masa mendatang.
Berkenaan dengan adanya subsidi pemerintah daerah terhadap para jemaahnya di Tanah Suci, kata Anggito, akan dikoordinasikan dengan membentuk satu layanan terpadu bidang transportasi dan juga terkait katering dari subsidi pemerintah daerah asal jemaah.
Tahun ini kuota haji Indonesia masing-masing 194.000 jemaah reguler dan 17.000 jemaah khusus. Sampai Kamis pagi 90 persen jemaah Indonesia telah berada di Mekkah. Tanggal 20 Oktober 2012 merupakan hari terakhir kedatangan jemaah ke Arab Saudi.
No comments:
Post a Comment