Jeddah, 13/10 (ANTARA) - Dokter kelompok terbang yang menjadi Tenaga
Kesehatan Haji Indonesia masih ada yang belum menuntaskan laporan
sebelum mendarat di King Abdul Azis Jeddah.
Kasie Pelayanan Kesehatan Jeddah Ananto Prasetya di Jeddah, Sabtu mengatakan sebagian besar dokter keloter tidak mengisi halaman 8-12 yang berkaitan dengan kondisi jamaah penerbangan.
"Kita sudah memberi tau kepada petugas kesehatan di masing-masing embarkasi untuk mengingatkan para dokter kelompok terbang untuk menuntas laporan selama di pesawat," kata Ananto.
Penuntasan pengisian laporan itu untuk mempermudah sistem pelaporan di Balai Pengobatan Haji Indonesia dan mempersingkat waktu tunggu jamaah.
Setiap dokter keloter bersama dua perawat diwajibkan melaporkan kondisi pasien seperti jumlah jamaah, komposisi usia, data dan jumlah pasien risiko tinggi dan kondisinya selama delapan jam penerbangan dari tanah air melalui sebuah buku pelaporan.
Setelah itu dokter tersebut mengambil 36 item obat-obatan dan alat kesehatan di BPHI untuk persiapan selama di pemondokan.
Pada gelombang kedua saat ini intensitas jamaah yang tiba di Bandara King Abdul Azis semakin banyak dan mereka datang dari seluruh penjuru dunia.
Keloter Indonesia yang akan mendarat mulai 6-20 Oktober meningkat dua kali lipat. Jika pada gelombang pertama rata-rata 9-10 keloter perhari maka pada gelonbang kedua akan menjadi 17-19 keloter perhari sehingga efisiensi masa tunggu sangat dibutuhkan agar tidak terjadi penumpukan.
Dokter Yahya Mukhtar mengatakan alasan dokter keloter belum menuntaskan laporan karena tidak diberi tau sebelumnya dan sibuk di pesawat. "Tapi mungkin mereka kurang perhatian atau tidur di pesawat," kata Yahya.
Sementara dokter Laila Soraya LOP11 Mataram mengatakan dia tidak diberi tau sebelumnya dan waktunya tersita selama penerbangan.
Kasie Pelayanan Kesehatan Jeddah Ananto Prasetya di Jeddah, Sabtu mengatakan sebagian besar dokter keloter tidak mengisi halaman 8-12 yang berkaitan dengan kondisi jamaah penerbangan.
"Kita sudah memberi tau kepada petugas kesehatan di masing-masing embarkasi untuk mengingatkan para dokter kelompok terbang untuk menuntas laporan selama di pesawat," kata Ananto.
Penuntasan pengisian laporan itu untuk mempermudah sistem pelaporan di Balai Pengobatan Haji Indonesia dan mempersingkat waktu tunggu jamaah.
Setiap dokter keloter bersama dua perawat diwajibkan melaporkan kondisi pasien seperti jumlah jamaah, komposisi usia, data dan jumlah pasien risiko tinggi dan kondisinya selama delapan jam penerbangan dari tanah air melalui sebuah buku pelaporan.
Setelah itu dokter tersebut mengambil 36 item obat-obatan dan alat kesehatan di BPHI untuk persiapan selama di pemondokan.
Pada gelombang kedua saat ini intensitas jamaah yang tiba di Bandara King Abdul Azis semakin banyak dan mereka datang dari seluruh penjuru dunia.
Keloter Indonesia yang akan mendarat mulai 6-20 Oktober meningkat dua kali lipat. Jika pada gelombang pertama rata-rata 9-10 keloter perhari maka pada gelonbang kedua akan menjadi 17-19 keloter perhari sehingga efisiensi masa tunggu sangat dibutuhkan agar tidak terjadi penumpukan.
Dokter Yahya Mukhtar mengatakan alasan dokter keloter belum menuntaskan laporan karena tidak diberi tau sebelumnya dan sibuk di pesawat. "Tapi mungkin mereka kurang perhatian atau tidur di pesawat," kata Yahya.
Sementara dokter Laila Soraya LOP11 Mataram mengatakan dia tidak diberi tau sebelumnya dan waktunya tersita selama penerbangan.
No comments:
Post a Comment