Jeddah, 15/10 (ANTARA) - Jamaah haji diimbau untuk menjaga ketahanan
fisik dan mental untuk menyambut pelaksanaan wukuf yang merupakan rukun
haji.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Surahmat di Jeddah, Senin, mengatakan menjelang wukuf, jamaah sebaiknya mengurangi kegiatan diluar ibadah, bahkan disarankan untuk melaksanakan ibadah wajib dan meninggalkan yang sunnah.
"Intinya menjaga ketahanan fisik dan mental agar siap dalam menjalan ibadah wukuf yang merupakan inti dari pelaksanaan haji," katanya menambahkan jangan mengejar yang sunnah tetapi tertinggal atau jatuh sakit saat melaksanakan wukuf.
Dijelaskannya, wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain. Artinya, jika tidak wukuf maka tidak sah hajinya.
Dia lalu mengutip hadis Rasullullah SAW, "Haji adalah Arafah, barangsiapa datang pada malam perkumpulan sebelum terbitnya fajar, maka sesungguhnya dia telah menemukan Haji".
Kondisi Padang Arafah yang terletak di sebelah selatan kota Makkah saat ini sudah banyak ditumbuhi pepohonan. Dia mengingatkan bahwa Wadi Uranah (lembah uranah) yang berbatasan dengan Arafah secara geografis tidak termasuk wilayah Arafah sehingga jamaah haji tidak dibolehkan melaksanakan wukuf di Wadi Uranah.
Persiapan wukuf dilaksanakan sejak 8 Dzulhijjah, dimana seluruh jamaah haji akan berangkat menuju ke Arafah dengan berpakaian ihram dengan niat berhaji dari pemondokan di Makkah. Pada malam hari seluruh jamaah haji telah berada di Arafah dan memperbanyak zikir, berdo'a, dan membaca al-Quran.
Pelaksanaan wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai setelah zawal (tergelincir matahari) sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Sebagai ibadah badaniah (ibadah fisik) pelaksanaan wukuf lebih fleksibel dari ibadah lainnya, jamaah haji yang melaksanakan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Pada saat melaksanakan wukuf disunahkan untuk memperbanyak dzikir, berdo'a, tafakkur dan tadabbur, serta membaca al-Quran.
"Berdoalah yang baik-baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbicara atau berbincang-bincang tidak dilarang sepanjang tidak membicarakan yang kotor, berdebat atau bertengkar," kata Surahmat.
Pada hari wukuf (yaumil `Arafah) tanggal 9 Dzulhijjah, disebut yamuil barakah, yaumil ijabah, karena pada hari itu Allah akan mengabulkan do'a dan permohonan hamba-Nya (jamaah haji).
Oleh karena itu disarankan berdo'a yang baik untuk kebaikan dan keberkahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak disarankan berdo'a yang jelek (negatif), karena akan membawa kemudharatan bagi diri sendiri.
Pelaksanaan wukuf diawali dengan khutbah wukuf oleh pembimbing ibadah atau ulama/kyai, kemudian shalat dzuhur dan ashar jama' taqdim dan diqashar, baik berjamaah atau munfarid (sendiri), diakhiri dengan do'a wukuf.
Selanjutnya masing-masing jamaah haji dipersilahkan untuk memperbanyak istighfar, berdzikir, berdo'a, dan membaca al-Quran. Untuk menyempurnakan pelaksanaan wukuf dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan wukuf dan menghindari seluruh larangan ihram.
Larangan ihram adalah berpakaian yang berjahit dan memakai penutup kepala yang melekat di kepala, memakai sepatu yang menutup mata kaki (bagi laki-laki), memakai wangi-wangian, memotong atau mencabut rambut, memotong kuku, menutup muka dan memakai sarung tangan (bagi wanita).
Larangan kainnya, memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan di tanah haram, berburu binatang darat, bercumbu atau berhubungan badan antara suami isteri, serta melaksanakan akad nikah dan meminang.
Seluruh jamaah haji diimbau memahami makna wukuf secara benar dengan menghayati amalan-amalan ibadah yang dilakukannya demi memperoleh ridla Allah SWT dan diterima oleh Allah SWT ibadah hajinya atau disebut haji mabrur.
"Haji yang mabrur sangat didambakan oleh seluruh jamaah haji karena akan memperoleh balasan surga yang disediakan oleh Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadis, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali Surga," kata Surahnat.
Kepala Bidang Bimbingan Ibadah Haji Surahmat di Jeddah, Senin, mengatakan menjelang wukuf, jamaah sebaiknya mengurangi kegiatan diluar ibadah, bahkan disarankan untuk melaksanakan ibadah wajib dan meninggalkan yang sunnah.
"Intinya menjaga ketahanan fisik dan mental agar siap dalam menjalan ibadah wukuf yang merupakan inti dari pelaksanaan haji," katanya menambahkan jangan mengejar yang sunnah tetapi tertinggal atau jatuh sakit saat melaksanakan wukuf.
Dijelaskannya, wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain. Artinya, jika tidak wukuf maka tidak sah hajinya.
Dia lalu mengutip hadis Rasullullah SAW, "Haji adalah Arafah, barangsiapa datang pada malam perkumpulan sebelum terbitnya fajar, maka sesungguhnya dia telah menemukan Haji".
Kondisi Padang Arafah yang terletak di sebelah selatan kota Makkah saat ini sudah banyak ditumbuhi pepohonan. Dia mengingatkan bahwa Wadi Uranah (lembah uranah) yang berbatasan dengan Arafah secara geografis tidak termasuk wilayah Arafah sehingga jamaah haji tidak dibolehkan melaksanakan wukuf di Wadi Uranah.
Persiapan wukuf dilaksanakan sejak 8 Dzulhijjah, dimana seluruh jamaah haji akan berangkat menuju ke Arafah dengan berpakaian ihram dengan niat berhaji dari pemondokan di Makkah. Pada malam hari seluruh jamaah haji telah berada di Arafah dan memperbanyak zikir, berdo'a, dan membaca al-Quran.
Pelaksanaan wukuf dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai setelah zawal (tergelincir matahari) sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Sebagai ibadah badaniah (ibadah fisik) pelaksanaan wukuf lebih fleksibel dari ibadah lainnya, jamaah haji yang melaksanakan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats kecil maupun hadats besar. Pada saat melaksanakan wukuf disunahkan untuk memperbanyak dzikir, berdo'a, tafakkur dan tadabbur, serta membaca al-Quran.
"Berdoalah yang baik-baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbicara atau berbincang-bincang tidak dilarang sepanjang tidak membicarakan yang kotor, berdebat atau bertengkar," kata Surahmat.
Pada hari wukuf (yaumil `Arafah) tanggal 9 Dzulhijjah, disebut yamuil barakah, yaumil ijabah, karena pada hari itu Allah akan mengabulkan do'a dan permohonan hamba-Nya (jamaah haji).
Oleh karena itu disarankan berdo'a yang baik untuk kebaikan dan keberkahan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak disarankan berdo'a yang jelek (negatif), karena akan membawa kemudharatan bagi diri sendiri.
Pelaksanaan wukuf diawali dengan khutbah wukuf oleh pembimbing ibadah atau ulama/kyai, kemudian shalat dzuhur dan ashar jama' taqdim dan diqashar, baik berjamaah atau munfarid (sendiri), diakhiri dengan do'a wukuf.
Selanjutnya masing-masing jamaah haji dipersilahkan untuk memperbanyak istighfar, berdzikir, berdo'a, dan membaca al-Quran. Untuk menyempurnakan pelaksanaan wukuf dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan wukuf dan menghindari seluruh larangan ihram.
Larangan ihram adalah berpakaian yang berjahit dan memakai penutup kepala yang melekat di kepala, memakai sepatu yang menutup mata kaki (bagi laki-laki), memakai wangi-wangian, memotong atau mencabut rambut, memotong kuku, menutup muka dan memakai sarung tangan (bagi wanita).
Larangan kainnya, memotong atau mencabut tumbuh-tumbuhan di tanah haram, berburu binatang darat, bercumbu atau berhubungan badan antara suami isteri, serta melaksanakan akad nikah dan meminang.
Seluruh jamaah haji diimbau memahami makna wukuf secara benar dengan menghayati amalan-amalan ibadah yang dilakukannya demi memperoleh ridla Allah SWT dan diterima oleh Allah SWT ibadah hajinya atau disebut haji mabrur.
"Haji yang mabrur sangat didambakan oleh seluruh jamaah haji karena akan memperoleh balasan surga yang disediakan oleh Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadis, haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali Surga," kata Surahnat.









No comments:
Post a Comment