Mekkah, 11/10 (ANTARA) - Al'quran menyatakan sholat di Masjidil Haram, Mekkah, nilai pahalanya 100.000 kali lipat dibanding di mesjid-mesjid lain, sedangkan sholat di Masjidil Nabawi, Medinah, pahalanya 1000 kali lipat dibanding pahala sholat di mesjid-mesjid lain di dunia.
Boleh jadi pemahaman itu diartikan secara berlebihan oleh seorang jemaah Indonesia yang selama empat hari berada di Mekkah dan sudah empat kali pula melaksanakan umroh. Proses umroh harus tawaf tujuh kali mengelilingi Ka'bah dan melaksanakan sa'i dengan tujuh kali mengitari sudut Shafa dan Marwah di Masjidil Haram.
"Kadang-kadang semangat beribadah itu mengalahkan kesadaran atas kesehatan, sehingga tanpa riwayat penyakit yang jelas sebelumnya, ada sejumlah jemaah haji yang tiba-tiba pingsan dan meninggal dunia," kata dr. Ramon Andreas, petugas kesehatan haji di Daerah Kerja Mekkah, sebuah lembaga Misi Haji Indonesia, Rabu.
Jemaah lelaki berusia 58 tahun asal Solo, yang empat hari berada di Mekkah dan telah empat kali melaksanakan umroh itu, kata Ramon, contohnya, pada hari keempat ia melaksanakan ibadah ia pingsan dan tidak bangun lagi untuk selama-lamanya, atau menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sesuai data di Daker Mekkah, sampai Selasa (9/10), 27 jemaah haji Indonesia telah meninggal. Dari sisi usia, 90 persen jemaah haji yang meninggal itu berusia 50 tahun ke atas. Dan tempat meninggalnya juga hampir separuhnya bukan di rumah sakit. Artinya, secara medis, penyakit yang diderita pasien, kumat dadakan dan tanpa ada tanda-tanda semacam 'warning' terlebih dahulu sehingga pasien dapat dirujuk ke rumah sakit.
Semua tahu bahwa melaksanakan ibadah haji itu 80 persen menyita ketahanan fisik. Jadi sepatutnyalah, kata, Ramon, sosialisasi tentang kesehatan fisik dan konsekuensinya apa bila tidak dipatuhi kelayakannya, dapat bersifat fatal.
"Ibarat mobil, selama ini kurang perawatan dan tiba-tiba langsung tancap gas kecepatan tinggi. Badan kita juga demikian, seharusnya jamaah juga mengukur kemampuannya berolah fisik, kalau dianggap masih kurang fit, yaah ditunda dulu, istirahat secukupnya. Setelah cukup tidur baru dimulai serius beribadah," ujar Ramon.
Siapa pun tahu bahwa melaksanakan ibadah haji itu 'surga' ganjarannya bila semua prosedur berlangsung lancar. Tapi, "Kita datang ke Tanah Suci kan melaksanakan ibadah, bukan mengantarkan nyawa," kata Ketua Balai Pengobatan Ibadah Haji (BPHI) Mekkah, dr. Agus Widyatmoko.
Ia menilai pemahaman mengenai ibadah haji perlu juga ditekankan mengenai menyayangi nyawa. Kalau sudah panggilan Illahi, siapa pun tidak bisa menolak. Tetapi, kalau yang kita lakukan itu merupakan tindakan 'kecerobohan' maka, sebelumnya harus dilakukan koreksi atau dihindari, ujarnya.
Jemaah haji perlu menyadari kondisi kesehatannya masing-masing sebelum melaksanakan ibadah, dan dalam proses ibadah, misalnya, terasa ada gangguan kesehatan maka perlu segera dikonsultasikan ke petugas kesehatan untuk menghindari adanya kejadian fatal.
Sesuai informasi sejumlah petugas yang telah beberapa kali terlibat mengurus jemaah Indonesia, setiap tahun jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi selama musim haji mencapai kira-kira satu kloter, atau sekitar 450-an orang. Johnny Tarigan Sibero
No comments:
Post a Comment